Cari Blog Ini

Jumat, 25 Desember 2015

PEMERIKSAAN KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN BATTERY KONVENSIONAL

PEMERIKSAAN KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN BATTERY KONVENSIONAL
Oleh:
Wahyu Hartono, S.Pd., M.Pd


Secara garis besar, pemeriksaan komponen sistem pengapian battery konvensional adalah mencakup : (a) Busi, (b) Kabel busi, (c) Unit Distributor dan Ignition Coil
1.        Pemeriksaan Busi
Tegangan tinggi dari ignition coil membangkitkan loncatan api listrik antara elektroda tengah (elektroda positif) dan elektroda sisi (elektroda negatif) busi untuk membakar campuran udara dan bahan bakar yang dimampatkan dalam ruang bakar. Busi harus menjaga kemampuan pengapiannya dalam periode yang cukup lama  dalam menghadapi pembakaran dan tekanan temperatur yang tinggi. Bila busi kotor atau rusak akan berakibat tenaga engine kurang, putaran engine tidak dapat idel, pincang dan sulit distarter.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menangani busi adalah (1) pada saat melepas kabel busi (high tension cable) tariklah bagian ujung fittingnya, dan jangan menarik kabel busi secara kasar, (2) pada waktu melepaskan busi gunakan kunci busi, posisikan dengan tepat dan jangan miring karena kedudukan kunci busi yang tidak tepat akan merusak insulator busi, (3) pada saat memasang busi putarlah ujung kunci dengan tangan, yakinkan bahwa ulir telah masuk dengan tepat, baru kemudian kencangkan dengan menggunakan stang.
a.    Pemeriksaan Insulator
Dengan menggunakan lap bersihkan elektroda busi, dan periksalah apakah insulator elektroda ada keretakan, gantilah busi bila terdapat keretakan pada busi
b.    Pemeriksaan Ulir Busi
Bersihkan (dengan bensin) ulir busi, dan periksalah apakah ulirnya telah rusak / aus
c.    Periksa Keausan dan Warna Elektroda Busi
Bersihkan busi dan periksalah keausan (akibat terbakar) elektroda dan warnanya. Warna abu-abu muda menandakan pembakaran baik, warna putih menunjukan engine terlalu panas (over heat), warna hitam basah menunjukan minyak pelumas ikut terbakar, warna hitam kering menandakan campuran yang terlalu kaya.

Gambar 1.  Memeriksa Keausan dan Warna Elektroda Busi

d.   Periksa Gasket Busi
Periksa keausan gasket, kebocoran gas sering terjadi gasket antara insulator dan rumah busi (plug housing) aus atau rusak.
e.    Periksa Celah/Gap Elektroda Busi
Periksa celah busi dengan memasukkan alat pengukur (feeler gauge) antara elektroda tengah dan elektroda sisi. Celah busi disetel dengan membengkok-kan elektroda massa dan celahnya disesuaikan dengan petunjuk yang tertera pada buku pedoman reparasi.

Gambar 2. Memeriksa dan Menyetel Celah Elektroda Busi
Catatan:
-       Jangan menggunakan pembersih busi terlalu lama.
-       Hembuskan kompoun dan karbon pembersih dengan udara tekan.
-       Bersihkan ulir dan permukaan luar isolator.

Gambar 3. Membersihkan Busi

2.    Memeriksa Kabel Tegangan Tinggi
Gangguan kabel tegangan tinggi pengapian akan berakibat engine sulit distarter, tidak dapat berputar idle, pincang dan tenaga kurang. Hal ini dapat terjadi karena tahanan kabel menjadi sangat besar. Periksalah semua kabel tegangan tinggi tahanan kabel :kurang dari 25 kW.

Gambar 4. Cara Melepas Kabel Busi
Gambar 5. Cara Memeriksa Tahanan Kabel Busi

3.    Memeriksa Unit Distributor
Gangguan pada distributor akan berakibat kinerja sistem pengapian tidak sempurna, yang akhirnya akan mengganggu kinerja engine : engine sulit distart, tenaga kurang, panas berlebihan dan komponen-komponen utama engine cepat rusak. Adapun perawatannya meliputi:

a.    Memeriksa Distributor Cup
Periksa tutup distributor dari kemungkinan :
1)        Retak, berkarat, kotor atau terbakar.
2)        Terminal-terminal kotor atau terbakar.
3)        Pegas karbon terminal tengah lemah atau macet.

Gambar 6. Pemeriksaan Tutup Distributor

b.   Memeriksa Rotor Distributor
Rotor berfungsi untuk meneruskan tegangan tinggi dari ignition coil ke masing-masing busi.
1)        Periksa contact plate rotor dari kemungkinan aus atau terbakar
2)        Periksa rotor dari kemungkinan retak atau bocor
3)        Periksa klem / pegas pengunci rotor dari kemungkinan patah

Gambar 7 Rotor Distributor

c.    Memeriksa Vaccum Advancer
1)Lepas tutup distributor
2)Lepas slang vaccum yang menuju distributor pada karburator. Hisap slang dengan mulut dan perhatikan plat dudukan kontak pemutus harus bergerak.

Gambar 8. Memeriksa Vaccum Advancer

Gambar 9. Memeriksa Centrifugal Advancer

d.   Memeriksa Governor / Centrifugal Advancer
                1)          Lepas tutup distributor
                2)          Putar rotor dengan tangan sesuai dengan arah putarannya, rotor harus dapat berputar 10 – 150 terhadap pegas governor dan dapat kembali sendiri ke posisi semula. Jika tidak, governor harus diperbaiki atau diganti baru.

e.    
Memeriksa dan Menyetel Breaker Point Atau Celah Udara
Breaker point berfungsi untuk memutus-hubungkan aliran arus listrik dari primary coil ke  massa. Periksa breaker point setiap 5000 km dan gantilah setiap 20.000 km. Periksa breaker point dan bersihkan apabila terlihat kotoran / kerak yang bisa menghambat aliran arus listrik.  Jika breaker point aus, rusak atau terbakar ganti dengan yang baru. Apabila breaker point diganti maka condensator juga harus diganti.
1)   Memeriksa Breaker Point
a)    Memeriksa pointer (titik kontak) dari kemungkinan aus / terbakar.

Gambar 10. Memeriksa Pointer

b)   Memeriksa persinggungan dan posisi pointer.

Gambar 11 Memeriksa Insulator Pointer (+)

c)    Memeriksa insulator pointer (+) dari kemungkinan retak atau bocor.
2)   Mengganti Breaker Point
a)    Kendorkan mur 8 mm pengikat terminal kabel di samping luar bodi distributor

b)   Lepaskan kabel breaker point bagian dalam
c)    Kendorkan 2 buah baut pengikat breaker point
d)   Perhatikan jangan sampai baut lepas dan masuk ke dalam rumah distributor
e)    Lepaskan breaker point

3)   Memeriksa / Menyetel Celah Breaker Point / Celah Udara
Celah breaker point atau disebut juga celah pointer (point gap) adalah celah antara pointer (+) dan pointer (-) pada sistem pengapian konvensional. Sedangkan celah udara adalah celah antara rotor signal generator dengan pick up coil pada sistim pengapian transistor.

Gambar 12 Memeriksa Celah

a)   Pastikan bahwa silinder I pada posisi Top Kompresi dengan cara melihat posisi katup, jika kedua katup pada silinder I (intake valve dan exhaust valve) sedang menutup, berarti posisi piston silinder I pada posisi Top Kompresi.a)    Posisikan piston silinder I pada posisi Top Kompresi dengan cara memutar crank shaft sehingga tanda / alur pada pulley crank shaft satu garis lurus dengan angka “0” yang terdapat di timing cover.
b)    Periksa celah breaker point / point gap dengan menggunakan feeler gauge (0,20 – 0,30 mm, lihat manual book).
c)   Jika celahnya tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, stel celah breaker point.
d)    Kendorkan baut pengikat dan baut penyetel breaker point.
e)    Stel pointer dengan cara mengungkit pointer ke kanan atau kiri dengan menggunakan obeng.

Gambar 13 Menyetel Breaker Point

4)   Memeriksa / Menyetel Celah Rubing Block
Celah Rubing Block adalah celah antara rubing block dengan sisi datar cam shaft pada sistem pengapian konvensional. Metode ini sering digunakan untuk menghindari menempelnya minyak pelumas yang kemungkinan ada pada feeler gauge ke contact point.

Gambar 14. Menyetel Celah Rubing Block

a)    Bersihkan breaker point dari kotoran/minyak
b)   Putar crank shaft sehingga sisi rata dari cam shaft sejajar dengan rubing block breaker point.
c)    Dengan menggunakan feeller (0.4-0.5 mm) ukur celah antara cam shaft dan sisi datar cam shaft.
d)   Keraskan baut pengikat breaker point
e)    Periksa rotor menghadap busi no. 2 pada saat silinder no 1 Top Kompresi

5)   Menyetel Saat Pengapian (Ignition Timing)
a)     Posisikan piston silinder I atau silinder IV pada posisi Top Pengapian dengan cara memutar crank shaft sehingga tanda / alur pada pulley crank shaft satu garis lurus dengan Timing Mark yang terdapat di timing cover (umumnya antara 10º BTDC sampai dengan 2º ATDC, spesifikasi lihat manual book).
b)     Kendorkan baut pengikat unit distributor sehingga unit distributor dapat diputar.
c)     Penyetelan bisa dilakukan dengan beberapa alat bantu, yaitu:

d)   Penyetelan Ignition Timung Menggunakan Test Lamp
-   Hubungkan satu kabel test lamp ke massa dan kabel lainnya ke terminal (-) ignition coil atau ke terminal input distributor.
-   Posisikan switch contact pada posisi ON, perhatikan test lamp.
-   Jika pada saat switch contact ON test lamp menyala, putar unit distributor beberapa derajat searah dengan arah putaran rotor, sehingga lampu mati.
-   Putar unit distributor berlawanan dengan arah putaran rotor sampai lampu mulai menyala.
-   Pada saat test lamp mulai menyala, tahan posisi unit distributor dan kencangkan kembali baut pengikat unit distributor.

Gambar 15. Menyetel Ignition Timing dengan Menggunakan Test Lamp

e)   Menyetel Ignitinon Timing Menggunakan Volt Meter
-   Hubungkan probe negatif volt meter ke massa dan probe positif ke terminal (-) ignition coil atau ke terminal input distributor.
-   Posisikan switch contact pada posisi ON, perhatikan volt meter.
-   Jika pada saat switch contact on jarum volt meter menunjukkan adanya tegangan, putar unit distributor beberapa derajat searah dengan arah putaran rotor, sehingga volt meter menunjuk angka “0”.
-   Putar kembali unit distributor berlawanan dengan arah putaran rotor sampai volt meter menunjukkan adanya tegangan.
-   Pada saat volt meter menunjukkan adanya tegangan, tahan posisi unit distributor dan kencangkan kembali baut pengikat unit distributor.

4.   Memeriksa Ignition Coil
a.    Pemeriksaan Ballast Resistor
1)   Menggunakan OHM METER, periksalah nilai resistensi ballast resistor dengan mengukurnya seperti pada Gambar 17.

Gambar 16. Memeriksa Ballast Resistor

b.    Pemeriksaan Primary Coil

1)   Menggunakan OHM METER, periksalah nilai resistensi primary coil dengan mengukurnya antara terminal positif dan negatif ignition coil.

Gambar 17. Memeriksa Primary Coil
2)   Nilai resistensi ballast resistor adalah 1.5 – 1.9 Ω.

c.    Pemeriksaan Secondary Coil
2)   Nilai resistensi primary coil adalah 1.3 – 1.6 Ω.
1)   Menggunakan OHM METER, periksalah nilai resistensi secondary coil dengan mengukurnya antara terminal positif dan sekunder (tegangan tinggi) ignition coil.

Gambar 18. Memeriksa Secondary Coil
2)   Nilai resistensi secondary coil adalah 10,7 – 14,5 KΩ.


Daftar Pustaka:

Astra Daihatsu Motor (2001, Training Manual Intermediate 1. Jakarta: PT. Astra Daihatsu Motor
Astra Daihatsu Motor (2001, Training Manual Intermediate 2. Jakarta: PT.  Astra Daihatsu Motor
Buntarto (1993). Cara Pemeriksaan, Penyetelan dan Perawatan Kelistrikan Mobil. Yogyakarta: Andi Offset
Toyota Astra Motor (1981), Pedoman Reparasi Toyota 2K,3K,4K,5K. Jakarta: PT. Toyota  Astra  Motor.
Toyota Astra Motor (1995), Training Manual New Step 1. Jakarta: PT. Toyota  Astra  Motor.
Toyota Astra Motor (1981), Pedoman Reparasi Toyota 2K,3K,4K,5K. Jakarta: PT. Toyota  Astra  Motor.



Rabu, 23 Desember 2015

MOTOR PEMBAKARAN DALAM

MOTOR PEMBAKARAN DALAM
(INTERNAL COMBUSTION ENGINE)
Oleh:
WAHYU HARTONO, S.Pd., M.Pd.
GURU TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK N KARANGPUCUNG, CILACAP

Motor bakar adalah motor yang mengubah energi panas (thermal) menjadi energi mekanik dengan cara melakukan pembakaran bahan bakar untuk menghasilkan panas. Motor pembekaran dalam (internal combustion engine) adalah motor bakar yang melakukan proses produksi energi panas (thermal) yang akan diubah menjadi energi mekanik, di dalam unit engine itu sendiri.

1.   Jenis Motor Bakar Pembakaran Dalam
1.1    Motor Piston

Motor piston / torak adalah motor bakar yang di dalam melakukan proses kerjanya menggunakan mekanisme piston yang bergerak lurus bolak-balik di dalam silinder. Gerak lurus olak-balik dari piston ini selanjutnya akan diubah menjadi gerak putar oleh mekanisme crank shaft (crank shaft).
 


Gambar 1.Konstruksi Motor Piston

Sifat-sifat yang menonjol dari motor piston adalah :
a.    Gerak translasi / reciprocating / gerak lurus bolak-balik piston dirubah menjadi gerak putar crank shaft
b.    Untuk mengurangi getaran, jumlah silinder dapat dibuat lebih dari satu
c.    Digunakan pada motor 2 tak dan 4 tak baik motor Bensin maupun Diesel


1.2    Motor Rotary

Motor Rotary atau sering disebut motor wankel adalah motor bakar yang melakukan proses kerja dengan gerak putar yang dilakukan oleh rotor yang terpasang pada poros rotor.
Sifat-sifat yang menonjol dari motor wankel adalah :
a.    Gerakan rotor / piston berotasi ( berputar )
b.    Pengisian, kompresi dan pembuangan diatur oleh gerak putar rotor
c.    Lebih ringan
d.    Getaran kecil
e.    Jarang digunakan dan tidak diproduksi secara massal

Contoh  :    Mazda RX-7
Mercedes Benz


 
Gambar 2 Konstruksi Motor Wankel


1.3    Turbin Gas
Pada turbin gas untuk menggerakan poros turbin dilakukan dengan memanfaat-kan panas hasil pembakaran gas untuk menggerakkan sudu-sudu turbin.

 
Gambar 3 Konstruksi Turbin Gas

Sifat-sifat yang menonjol dari turbin gas adalah :
a.    Semua bagian berputar, sehingga getaran kecil
b.    Pembakaran berlangsung secara terus menerus
Turbin gas biasa digunakan sebagai penggerak  pesawat terbang dan penggerak generator listrik.

2    Klasifikasi Motor Bakar Piston
Motor bakar piston dapat diklasifikasikan berdasarkan langkah kerja, jenis bahan bakar, pembentukan campuran bahan bakar dan udara, cara penyalaan, susunan silinder, cara pelumasan dan cara pendinginan motornya.
Menurut langkah kerjanya motor bakar piston dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu motor 2 taak dan motor 4 tak. Pada motor 2 tak, tenaga akan dihasilkan dalam setiap 2 langkah piston, sedangkan pada motor 4 tak, tenaga akan dihasilkan dalam setiap 4 langkah piston.
Menurut pembentukan campuran bahan bakar dan udaranya, motor bakar piston dapat dogolongkan menjadi 2 jenis, yaitu motor piston yang pencampurannya terjadi di luar ruang bakar dan motor piston yang pencampurannya terjadi di dalam ruang bakar. Motor piston yang pencampuran bahan bakar dan udaranya terjadi di luar ruang bakar menggunakan bahan bakar solar, sedangkan motor piston yang pencampurannya terjadi di dalam ruang bakar menggunakan bahan bakar bensin.
Jika dilihat dari cara penyalaan/pembakarannya, motor piston dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu motor piston dengan penyalaan sistim pengapian (motor bensin) dan motor piston dengan penyalaan diri (motor diesel).

 
Gambar 4 Klasifikasi Motor Bakar Piston


3   Macam Konstruksi Motor Piston
3.1    Motor 2 Tak (Bensin)

Motor 2 tak adalah motor yang menyelesaikan satu siklus kerja atau satu langkah usaha dalam setiap 2 langkah piston atau dalam setiap1 (satu) putaran crank shaft. Pada motor bensin 2 tak, pemasukan dan pembuangan gas dilakukan oleh gerakan piston dan pada setiap langkah piston terdapat dua proses kerja yang berbeda yang terjadi di atas dan di bawah piston. 
Sifat sifat yang menonjol pada motor bensin 2 tak adalah :
a.    Pendinginan dengan udara, getaran sirip keras
b.    Pelumasan silinder dengan mencampurkan oli kebahan bakar
c.    Pengisian, pembilasan, kompresi dan pembuangan lewat saluran-saluran diatur oleh piston
d.    Pembetukan campuran bahan bakar diluar silinder
e.    Penyalaan dengan sistem pengapian atau penyalaan diri
 
Gambar 5  Konstruksi Motor Bensin 2 Tak


3.2    Motor 2 Tak Diesel
Pada motor Diesel 2 Tak, udara baru masuk ke ruang bakar melalui saluran masuk yang terdapat di blok silinder pada saat piston bergerak dari titik mati atas (TMA = TDC / Top Dead Center). Sedangkan gas sisa hasil pembakaran akan keluar melalui saluran buang yang diatur oleh katup yang terdapat di kepala silinder.
Sifat-sifat yang menonjol pada motor disel 2 tak adalah :
a.    Pendingin dengan air pendingin
b.    Pembilasan memanjang
c.    Memerlukan katup buang
d.    Pengisapan dan pembilasan dijalankan oleh kompresor yang langsung menekan udara ke dalam silinder
e.    Pelumasan tekan
f.    penyalaan dengan penyalaan diri
Motor Diesel 2 Tak banyak digunakan sebagai penggerak kapal laut dan kereta api.

 
Gambar 6 Konstruksi Motor Diesel 2 Tak


3.3    Motor Otto ( Bensin 4 Tak )
Pada motor 4 tak, untuk menghasilkan 1 tenaga dilakukan dengan 4 langkah piston atau 2 putaran crank shaft. Pemasukan dan pembuangan gas dilakukan oleh mekanisme katup.
Sifat-sifat yang menonjol pada motor bensin 4 tak adalah :
a.    Pendinginan dengan air pendingin
b.    Pelumasan silinder dengan semprotan oli atau percik ( dengan sistem panci, sirkulasi tekan oleh pompa oli )
c.    Pengisian, kompresi, pembuangan diatur oleh mekanisme katup
d.    Pembentukan campuran bahan bakar dan udara terjadi diluar silinder
e.    Pembakaran dengan sistem pengapian
 
Gambar 7 Konstruksi Motor Bensin 4 Tak


3.4    Motor Diesel ( 4 Tak )
Perbedaan utama antara motor Diesel dengan motor bensin adalah terletak pada cara mencampur udara dan bahan bakarnya. Pada motor bensin, udara dan bahan bakar dicampur di luar ruang bakar, sedangkan pada motor Diesel pencampuran udara dan bahan bakarnya terjadi di dalam ruang bakar.
Sifat-sifat yang menonjol pada motor Diesel 4 tak adalah :
a.    Pendingian dengan air pendingin
b.    Pelumasan silinder dengan semprotan oli atau percikan 
c.    Pengisian, kompresi, pembuangan diatur oleh mekanisme katup
d.    Pembentukan campuran bahan bakar dan udara didalam silinder
e.    Pembakaran terjadi dengan sendirinya 

 
Gambar 8 Konstruksi Motor Diesel 4 Tak